Saturday, August 21, 2010

Tradisi Remaja Buang Bayi

oleh Calon Mayit pada 20 Agustus 2010 jam 9:25
Kita sempat dikejutkan dengan sosok mayat seorang bayi laki-lakiyang ditemukan di toilet salah satu SMA di Surabaya beberapa waktu lalu. Ini bukan kasus yang pertama, tapi sudah sangat banyakremaja-remaja yang dengan tega membuang bayinya. Yang menyedihkan,kasus pembuangan atau pembunuhan bayi hanya merupakan pengulangan yangdianggap biasa. Simak saja, dari tahun ke tahun kasusnya terusmeningkat. Menurut Komisi Perlindungan Anak (KPA), pada 2009 terdapat219 bayi yang dibuang di negeri ini, atau naik 53 persen jikadibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu baru angka yang diketahui.Yang pasti ada bayi yang dibuang dan tidak masuk hitungan KPA atauluput dari perhatian kita.
Apa sebenarnya salah bayi-bayi itu? Mengapa mereka harus dibuang?Bukankah kehadiran seorang bayi seharusnya memang diterima, disambutdengan gembira, dan dicintai ayah ibunya. Ada banyak alasan kenapadengan tega para remaja melakukan hal tersebut. Biasanya karena paniksaat mengetahui melahirkan. Kepanikan sesaat itu kemudian membuatmereka memutuskan untuk membuang/membunuh bayi yang baru dilahirkan.Ada pula karena untuk menutup aib. Mereka biasanya merasa malu danakhirnya memutuskan untuk membunuh anaknya sendiri. Atau banyak darimereka (remaja-remaja) yang sebetulnya belum siap menjadi ibu. Fisiknyamungkin bisa, tetapi kondisi psikisnya tidak siap. Kehadiran si janindi rahim kemudian menimbulkan persoalan rumit, dan tidak jarang dalamkondisi demikian, laki-laki ayah si bayi meninggalkannya. Tidak heranjika saat bayi lahir, si bayi pun segera dibuang si ibu yang seharusnyamenyusui dan menyayanginya.

Gaul Bebas, Faktor Penyebab
Hampir sebagaian besar bayi yang dibuang adalah hasil dari pergaulanbebas. Dan pergaulan bebas pada remaja yang kian parah disebabkankarena rangsangan-rangsangan yang semakin subur, terutama melalui media. Tayangan mesum kita jumpai dimana-mana, VCD/DVD porno larismanis terjual, di jalan, mall, dan tempat-tempat umum lainnya, nampak perempuan-perempuan yang berpakaian seronok mengumbar aurat. Bagi para remaja, harus menghadapi kenyataan bahwa energi yang semestinya mereka fokuskan untuk berkarya dan berprestasi, terpaksa harus teralihkan untuk menahan gejolak syahwat yang berpeluang muncul setiap saat. Sementara kecanggihan teknologi memberi fasilitas untuk berkomunikasidengan siapapun, termasuk dalam mengungkapkan rasa dan gejolak inikepada lawan jenisnya. Tak jarang komunikasi lewat HP atau dunia maya,berlanjut pula pada pertemuan hingga mengarah pada kedekatan fisik danpenyaluran kebutuhan seksual yang berakhir dengan kehamilan.
Karena itu, Islam hanya memperbolehkan hubungan seks ketika laki-laki dan perempuan resmi diikat dalam dalam perkawinan.Satu-satunya penyaluran yang dibolehkan adalah melalui jalan pernikahan, sebab dengan menikah berarti seseorang telah dapa tmenyalurkan naluri jenisnya dengan cara yang halal dan terselamatkan dari separuh agamanya, seperti dijelaskan dalam HR Tabrani dan Hakim

"Barangsiapa diberi Allah rizki berupa istri yang shaleh,sesungguhnya telah ditolong separuh agamanya. Maka hendaklah iabertakwa kepada Allah pada separuh yang lainnya".

Di samping itu pernikahan juga merupakan pintu untuk membentukkeluarga sakinah mawaddah wa rahmah (QS Ar Ruum 21) dan pintu bagipembentukan generasi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa (QS AlFurqon 74). Dalam sebuah pernikahan, kehadiran anak akan selaludinanti, tidak di tolak apalagi dibuang atau dibunuh. Di dalam keluargaitu pula, kehadiran anak akan disambut dengan suka cita, penuh cinta,bahkan dipanggil dengan sebutan buah hati. Karena sudah semestinyakehadiran anak memang bukan untuk dibuang atau dibunuh, tapi dicintaidengan sepenuh hati sebagai anugrah yang diberikan Allah SWT kepadakita.

Peran Orang Tua (Ibu) Dalam Mengarahkan Dorongan Seksual Anak
Tantangan yang dihadapi para Ibu dalam mendidik anak saat ini,sangatlah berat. Seorang Ibu tidak hanya dituntut untuk dapat memahamikarakteristik dari setiap naluri termasuk naluri jenis, berikut tahapankemunculannya pada diri anak dan cara pengendaliannya menurut Islam,tetapi ibu juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan teknologiagar dapat mengontrol lingkup pergaulan anak hingga dapat mendeteksiseawal mungkin jika sang anak mulai berkomunikasi dengan lawan jenisnyasemisal melalui 'Hand Phone atau 'Face Book' .
Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah penanaman nilai-nilaiagama yang kuat dalam keluarga serta komunikasi yang lancar antara anakdan orang tua hingga tak ada masalah anak yang tidak diketahui olehIbunya. Disamping anak juga dapat merasakan kenyamanan dan kepuasan,manakala "curhat" kepada Ibunya, tidak malu ataupun takut saatmengungkapkan setiap gejolak perasaan yang dialaminya terhadap lawanjenis. Sang anak percaya bahwa Ibunya mampu menjawab segala kegalauandan memberinya solusi yang bijak dan sesuai dengan tuntunan Islam. Inilah yang menumbuhkan kepribadian Islam anak, perkembangannaluri-nalurinya senantiasa sejalan dengan perkembangan pemikirannya.Dan Ibulah yang paling memegang peranan dalam hal ini. Lalu apa sajayang bisa dilakukan oleh para ibu dalam mengarahkan dorongan seksualanak?

1. Perkuat akidah anak dengan mengajak berfikir tentang kehidupan,tujuan Allah SWT menciptakan manusia, serta informasi tentang karakteristik manusia, cara pemenuhan potensi hidup manusia menurutIslam serta akibat pemenuhan yang tidak sesuai dengan aturan Allah SWT,batasan pergaulan di dalam Islam seperti keharusan untuk menundukkanpandangan, menjaga aurat, tidak berkhalwat, dan lai-lain. Hal inidilakukan dalam rangka membentuk standarisasi Islam dan membinapemikiran anak dalam mensikapi kemunculan naluri jenis yang salah satupenampakannya berupa munculnya dorongan seksusl.

2. Buatlah suasana rumah dalam nuansa ibadah yang kuat dan salingberamar ma'ruf nahi munkar antar anggota keluarga. Biasakan melakukanqiyamul lail, tadarus Qur'an dan shaum sunnah bersama, guna memperkuathubungan dengan Allah SWT (idrokshillah-billah), hingga munculpengawasan diri yang selalu melekat.

3. Ajaklah anak berfikir tentang masa depannya, cita-citanya danmembuat langkah serta target-target untuk mencapai cita-cita tersebut.Cara ini dimaksudkan agar anak mampu mendeteksi hal-hal yang dapatmendukung atau bahkan menghambat cita-citanya, termasuk dalammemposisikan kemunculan naluri jenis berkaitan dengan cita-citanya ini.

4. Libatkan anak dalam aktivitas diskusi yang mengasah kemampuanberfikirnya, merangsang kepekaannya terhadap lingkungan dan belajarmemecahkan persoalan masyarakat menurut Islam, khususnya yang dihadapioleh remaja. Latihan ini akan membantu mereka di saat mereka sendirimenghadapi masalah yang sama.

5. Tumbuhkan jiwa kepemimpinannya dengan aktif berorganisasi, berimotivasi untuk selalu berprestasi, berkarya dan maju. Juga dapatdilakukan dengan memberi contoh apa yang dihasilkan oleh para sahabatRasul, ulama dan ilmuwan muslim dalam usia muda, Harapannya anak akanmemiliki figur yang selalu menjadi panutannya.

6. Penuhi anak dengan kasih sayang dan perhatian dari orang tua dansaudara, sebagai bentuk lain dari penyaluran naluri jenis, sehinggadapat meminimalkan kemunculan naluri terhadap lawan jenis pada usiayang lebih cepat.

7. Biasakan untuk terus berkomunikasi dengan anak, tidak menganggaptabu untuk membahas seputar masalah naluri jenis ini. Bila perluberilah contoh langsung bagaimana secara praktis pengalaman-pengalamandalam mengendalikan naluri jenis dalam usia yang relevan

0 komentar:

Post a Comment